Jumat, 03 September 2010

CERITA MINAHASA

Upacara ini merupakan ucapan syukur dan doa permohonan pada Tuhan Yang Maha Kuasa agar diberi kedamaian, keberuntungan, dan keselamatan di dalam menjalani kehidupan di tahun yang baru.
Tradisi Mamu’a Ton’na atau Mamu’a berarti membuka dan Ton’na berarti tahun, bermakna simbolis kaitannya dengan tradisi Mangunsi’n Ton’na atau Mangunsi’n berarti mengunci dan Ton’na berarti tahun.
Mangunsi’n Ton’na mengandung pengertian meninggalkan tahun lama, sedangkan Mamu’a Ton’na mengandung pengertian memasuki tahun baru. Kata mangunsi’n dan kata mamu’a berkonotasi pintu/jalan hidup yang menunjuk pada bumi tempat berpijak atau tempat kehidupan manusia dimana ada jalan menuju pada kebaikan dan juga ada jalan menuju kepada kesengsaraan.
Upacara adat Mamu’a Ton’na dilaksanakan pada Januari sesudah perayaan Tahun Baru. Puncak acaranya ditandai dengan pemotongan Ampizisa Waca (ketupat raksasa berbentuk dada ayam) dan Puang Bawi (kepala babi) oleh seorang tokoh adat, lalu disuguhkan kepada Ratu’mbanua/Nanguwanua (Raja Kampung) untuk dibagikan kepada hadirin sebagai tanda kasih dan rasa kekeluargaan di antara sesama warga masyarakat.
Sambil memotong Ampizisa dan Puang Bawi, tokoh adat/pelaku upacara mengucapkan Aimparuca (doa keselamatan) dalam beberapa tema seperti Sasasa (pengajaran, petuah), Tatahulandimima (doa penyejuk, pendamaian), juga Malap’pu Mbisara (simpulan-simpulan ajaran yang harus dipatuhi) serta tema-tema lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar